AED.OR.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia patut bersyukur karena di tengah ancaman resesi global, pertumbuhan ekonomi masih tercatat tinggi hingga kuartal kedua. Meski demikian, ia menyebut Indonesia harus tetap hati-hati.
“Tiga hari lalu saya telepon ke Kristalina, Managing Director-nya IMF, (kata dia) ada 16 negara sudah menjadi pasiennya IMF. 28 negara ngantre di depan pintu IMF. Bayangkan! Sekali lagi kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di angka 5,44 persen,” kata Jokowi saat membuka acara Trade Expo Indonesia 2022 di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (19/10).
Ia juga meyakini, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,4 persen pada kuartal ketiga. Hal ini ia yakini, karena neraca dagang yang masih menunjukkan surplus bahkan terhitung selama 29 berturut-turut.
“Karena angka-angka yang kita lihat, neraca dagang kita bulan yang lalu masih surplus 5,7 persen, kredit tumbuh 10,7 persen, indeks kepercayaan konsumen masih di angka 124,7 persen, semuanya masih pada kondisi yang baik-baik,” imbuhnya.
Optimisme ini juga hadir lantaran IMF telah menyatakan bahwa Indonesia menjadi titik terang di tengah gelapnya perekonomian global. “Yang ngomong bukan kita lho ya, Kristalina, Managing Directornya IMF. Titik terang di antara kesuraman ekonomi dunia. Kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu. Sehingga trust kepercayaan global kepada kita akan semakin baik,” ujarnya.
Meski demikian, Jokowi juga mengingatkan soal kehati-hatian dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang sangat sulit. Menurutnya, dalam kondisi ketidakpastian ini kerja keras adalah kuncinya.
Selain itu, dibutuhkan juga kerja yang sangat detail yang dilakukan berbagai pihak tidak hanya bank sentralnya. Melainkan juga menyelesaikan di sumber inflasi yang dilakukan gubernur, bupati, dan wali kota.
“Ulang-ulang saya sampaikan, tidak bisa lagi kerja itu hanya makronya saja, nggak. Kerja mikronya juga masih belum cukup. Kerja sekarang memang harus lebih detail dilihat satu per satu, dan dikejar, diselesaikan. Itulah kerja yang dilakukan oleh pemerintah saat ini,” ungkapnya.
“Kalau negara-negara lain mengatasi inflasi yang bergerak hanya bank sentralnya dengan menaikkan suku bunga, interest rate-nya dinaikkan. Di Indonesia tidak hanya itu, sumber inflasinya di pasar juga diselesaikan. Sebulan yang lalu saya sudah perintahkan kepada gubernur, bupati dan wali kota untuk ikut memakai APBD. Intervensi ongkos transportasi dari produsen ke pasar, dari produsen ke konsumen. Dua-duanya bergerak bersama-sama, otoritas moneter bergerak, otoritas fiskal bergerak, kemudian daerah juga bergerak,” pungkasnya.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Sumber: www.jawapos.com