Bahlil Niat Jadikan Sultra dan Sulut Pusat Hilirisasi Nikel Baterai EV

AED.OR.ID – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan saat ini pemerintah sedang mendorong pembangunan hilirisasi baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) di Sulawesi Tenggara (Sultra). Tak hanya di Sultra, ia juga menargetkan hilirisasi nikel untuk kebutuhan baterai EV juga dibangun di wilayah penghasil nikel terbesar di Indonesia, yakni Sulawesi Utara (Sulut).

Pernyataan ini disampaikan Bahlil saat menyampaikan sambutan di acara Hari Nusantara di Kabupaten Wakatobi, Sultra, yang dipantau secara daring, pada Selasa (13/12). “Kita sekarang mendorong investasi di Sulawesi Tenggara untuk membangun hilirisasi EV baterai. Kemarin saya sudah melakukan pertemuan dengan beberapa investor, tidak hanya di Sultra yang kita bangun ekosistem EV baterai. Tetapi juga di Sulut karena nikel yang paling banyak itu di Sulut,” kata Bahlil.

Ia memastikan, target pembangunan hilirisasi itu telah sesuai dengan arah kebijakan Indonesia yang sedang mendorong hilirisasi industri. Selain nikel, Bahlil juga mengungkapkan bahwa pemerintah juga akan menjadikan aspal sebagai fokus pengembangan ekonomi terutama di wilayah Sultra.

“Kemarin waktu mau berangkat, saya minta arahan Pak Presiden bahwa aspal sudah dibawa dalam Rapat Terbatas (Ratas) dan ini akan menjadi fokus yang akan dilakukan dalam rangka percepatan pembangunan Sultra ke depan,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, industri hilirisasi di Indonesia terus digenjot seiring dengan komoditas nikel yang dianggap berhasil karena mampu meningkatkan nilai tambah pendapatan bagi negara.

Tercatat pada 2017, nilai ekspor Indonesia dari nikel senilai USD 3,3 miliar, kemudian terus naik usai adanya hilirisasi yakni pada 2021, mencapai USD 20,9 miliar. Bahkan diprediksi akan terus naik mencapai USD 30 miliar.

Terkait itu, bahkan pemerintah berkomitmen untuk melakukan hilirisasi bahan-bahan tambang yang ada di tanah air untuk mendapatkan nilai tambah yang berlipat. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta agar penghentian ekspor bahan mentah tersebut tidak hanya berhenti pada komoditas nikel saja.

“Ini sudah bolak-balik saya sampaikan, ini urusan nilai tambah yang ingin kita peroleh, yang ingin kita kejar dari hilirisasi, dari downstreaming itu. Enggak bisa lagi kita mengekspor dalam bentuk bahan mentah, mengekspor dalam bentuk raw material, sudah. Begitu kita dapatkan investasinya, ada yang bangun, bekerja sama dengan luar dengan dalam atau pusat dengan daerah, Jakarta dengan daerah, nilai tambah itu akan kita peroleh,” ujar Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi Tahun 2022 di The Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu (30/11).

Tak gentar, kebijakan yang menuai gugatan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) hingga akhirnya dinyatakan kalah. Hal itu justru tidak menyurutkan langkah Indonesia untuk melanjutkan kebijakan hilirisasi bahan-bahan tambang lainnya seperti bauksit.

“Enggak apa-apa, kalah. Saya sampaikan ke menteri, banding. Nanti babak yang kedua, hilirisasi lagi, bauksit. Artinya, bahan mentah bauksit harus diolah di dalam negeri agar kita mendapatkan nilai tambah. Setelah itu, bahan-bahan yang lainnya, termasuk hal yang kecil-kecil, urusan kopi, usahakan jangan sampai diekspor dalam bentuk bahan mentah (raw material),” katanya.

“Sudah beratus tahun kita mengekspor itu. Setop, cari investor. Investasi agar masuk ke sana, sehingga nilai tambahnya ada,” tandas Jokowi.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : R. Nurul Fitriana Putri



Sumber: www.jawapos.com

Related posts