AED.OR.ID – Ekonomi Indonesia masih tangguh di tengah bayang-bayang resesi global. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhannya sebesar 5,72 persen pada kuartal III 2022.
Kepala BPS Margo Yuwono menuturkan, dengan capaian itu, RI tercatat tumbuh di atas 5 persen selama empat kuartal berturut-turut. “Menandakan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin kuat. Sejak kuartal IV 2021 tumbuh di atas 5 persen, trennya menguat,” ujarnya di Jakarta Senin (7/11).
Margo melanjutkan, pendorong utama pertumbuhan dari kelompok pengeluaran adalah konsumsi rumah tangga. Sumbangannya mencapai 50,38 persen terhadap PDB kuartal III 2022 (selengkapnya lihat grafis).
Seluruh leading sector menyumbang pertumbuhan positif. Di antaranya, industri, pertambangan, pertanian, perdagangan, dan konstruksi.
Sektor lain yang juga tumbuh cemerlang adalah informasi dan komunikasi, jasa keuangan, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, dan lainnya. Sementara itu, jasa kesehatan menjadi satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen.
“Kontraksi ini disebabkan pencairan insentif kesehatan lebih rendah kalau dibandingkan dengan kuartal III 2021,” imbuh Margo.
Secara umum, capaian kali ini mencerminkan ekonomi RI yang masih terjaga pemulihannya, terutama diimpit ancaman resesi global. “Hal itu merupakan capaian dari seluruh masyarakat Indonesia. Di tengah terpaan kondisi global yang semakin tidak menentu, kita masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahkan, tren menunjukkan semakin kuat,” paparnya.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, ekonomi di provinsi tumbuh 5,58 persen. Pertumbuhan tersebut ditopang sektor transportasi dan pergudangan yang naik 28,02 persen year-on-year (yoy); jasa lainnya 19,43 persen; akomodasi dan makanan-minuman 13,14 persen; serta perdagangan 8,10 persen.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim Eddy Widjanarko menyebutkan, pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III 2022 bagus. Tapi, pengusaha masih cukup khawatir dengan adanya isu resesi dunia tahun depan.
“Sebagai contoh industri sepatu, garmen, tekstil, dan furnitur yang sepertinya bakal melambat pada kuartal IV 2022 bahkan sampai kuartal I 2023. Saat ini toko-toko sudah oversupply sehingga pesanan menurun hingga 50 persen,” ucapnya.
Agar mampu menjaga perekonomian di tengah tantangan resesi tersebut, lanjut Eddy, pemerintah diharapkan mempercepat penyaluran jaringan pengaman sosial untuk masyarakat yang membutuhkan. “Dengan begitu, produsen bisa tetap mengandalkan pasar domestik meski resesi global mengancam,” ucapnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memandang bahwa pertumbuhan PDB pada 2022 cenderung meningkat. Konsumsi rumah tangga yang menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia menguat. Seiring dengan membaiknya permintaan dan mobilitas masyarakat. Didorong keberhasilan program vaksinasi Covid-19 yang berujung pada pelonggaran PPKM.
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI RI 2022
Q1: 5,01 persen
Q2: 5,45 persen
Q3: 5,72 persen
Sumbangan PDB Menurut Pengeluaran
Konsumsi rumah tangga: 50,38 persen
Pengeluaran untuk barang modal: 28,55 persen
Ekspor: 26,23 persen
Konsumsi pemerintah: 7,57 persen
Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga: 1,15 persen
Impor: -21,65 persen
Sumber: BPS
Editor : Estu Suryowati
Reporter : (dee/bil/han/c7/dio)
Sumber: www.jawapos.com