Hadapi Stagflasi, Pemerintah Turunkan Bunga KUR Jadi 3 Persen

AED.OR.ID- Pemerintah melalui  Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian mengumumkan penurunan tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Super Mikro menjadi tiga persen. Ini dilakukan sebagai upaya menghadapi risiko stagflasi sekaligus wujud keberpihakan kepada para pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) serta ibu rumah tangga yang menjalankan usaha produktif.

Kebijakan tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto saat memimpin Rapat Koordinasi Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terkait Evaluasi Program KUR Tahun Anggaran 2022 dan Usulan Perubahan Kebijakan KUR 2023 di Jakarta, Senin (28/11).

Read More

“Pemerintah menurunkan tingkat suku bunga KUR Super Mikro menjadi 3 persen demi menghadapi risiko stagflasi serta wujud keberpihakan kepada pekerja terkena PHK dan ibu rumah tangga yang menjalankan usaha produktif,” kata Airlangga.

Menko Perekonomian menambahkan, kebijakan ini juga diperlukan untuk mengoptimalisasi penyaluran KUR agar lebih tepat sasaran. Selain itu juga dilakukan sebagai upaya mendorong efisiensi anggaran belanja subsidi bunga/subsidi marjin KUR agar tidak membebani kemampuan fiskal pemerintah.

Airlangga mengungkapkan, di tengah ketidakpastian global saat ini KUR menjadi salah satu kebijakan pemerintah yang terus menunjukkan kinerja impresif dan mampu menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurutnya, KUR telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2022 sebesar 5,72 persen dengan total outstanding KUR mencapai 25,2 persen atau melampaui pertumbuhan kredit perbankan yang sebesar 11,01 persen.

“Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian nasional, pemerintah menilai perlu dilakukan penyesuaian terhadap kebijakan KUR terkait relaksasi yang diberikan kepada debitur,” ungkapnya.

Selain tingkat suku bunga KUR Super Mikro, pemerintah turut melakukan penyesuaian lain. Di antaranya dengan mengembalikan beberapa kebijakan KUR saat masa prapandemi mulai dari suku bunga KUR Mikro dan KUR Kecil menjadi sebesar 6 persen.

Lalu, kembalinya penetapan penyaluran KUR pada sektor produksi sebesar 60 persen serta pembatasan total akumulasi plafon KUR Kecil menjadi maksimal Rp500 juta.

Selain memutuskan menurunkan bunga KUR Super Mikro, dalam rapat juga diputuskan beberapa penyesuaian, seperti persetujuan Bank Indonesia untuk memberikan tambahan insentif relaksasi Giro Wajib Minimum (GWM).

“Persetujuan itu diberikan kepada penyalur KUR dengan mekanisme pemberian insentif yang akan diatur lebih lanjut. Kemudian, harmonisasi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK dengan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) Kementerian Keuangan,” ujarnya.

Diputuskan juga penetapan penyaluran KUR sektor produksi sebesar 60 persen, penetapan suku bunga KUR dengan plafon di bawah Rp10 juta sebesar 3 persen dan maksimal pengulangan sebanyak dua kali.

Editor : Dinarsa Kurniawan

Reporter : R. Nurul Fitriana Putri



Sumber: www.jawapos.com

Related posts