AED.OR.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,11 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm) pada Oktober 2022. Deflasi disebabkan oleh adanya penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 112,87 pada September menjadi 112,75 pada Oktober.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Pusat Setianto mengatakan, dengan terjadinya deflasi maka inflasi tahun kalender pada Oktober 2022 terhadap Desember 2021 tercatat sebesar 4,73 persen. Sementara inflasi secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Oktober 2022 sebesar 5,71 persen.
“Oktober ini kalau kita bandingkan dengan inflasi September 2022 terjadi deflasi 0,11 persen,” kata Setianto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (1/11).
Ia menjelaskan, deflasi yang terjadi pada Oktober 2022 disebabkan menurunnya sejumlah harga komoditas pangan. Yakni, dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi 0,97 persen dan memberi andil pada deflasi sebesar 0,25 persen.
Komoditas utama yang menyumbang deflasi, yakni cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, minyak goreng, bawang merah, dan telur ayam ras.
Setianto merinci, menurut catatan BPS, cabai merah di bulan Oktober mengalami deflasi 2,16 persen (mtm), cabai rawit deflasi 12,69 persen (mtm). Lalu, daging ayam ras deflasi sebesar 23,4 persen dan telur ayam ras deflasi 8,05 persen setelah bulan lalu sempat jadi penyumbang inflasi.
“Harga cabai merah, daging ayam ras, dan cabai rawit mengalami deflasi dua bulan berturut-turut,” jelasnya.
Dari hasil pemantauan BPS di 90 Kabupaten/kota, deflasi terdalam secara bulanan terjadi di Gunungsitoli 1,48 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 0,76 persen.
“Deflasi terbesar di seluruh Indonesia ini akibat oleh cabai merah yang memberi andil 1,19 persen, cabai rawit andilnya 0,20 persen, daging ayam ras 0,08 persen dan minyak goreng 0,03 persen,” tandas Setianto.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Sumber: www.jawapos.com