Harga STB di Toko Online Lebih Murah

AED.OR.ID – Berdasar pengalaman sebelumnya, penerapan ASO selalu diikuti kelangkaan STB di pasaran. Kalaupun ada, harganya melambung. Untuk menyiasati lonjakan harga STB setelah pemberlakuan ASO, masyarakat dianjurkan membeli lewat e-commerce atau lapak online.

Anjuran tersebut disampaikan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Usman Kansong. Dia menyatakan sudah berkoordinasi dengan produsen dan distributor STB. “Di tingkat produsen tidak ada kenaikan harga,” katanya.

Read More

Usman menuturkan, informasi yang dia terima, kenaikan harga STB terjadi di tingkat pengecer. Para pengecer memanfaatkan momentum tingginya permintaan STB dengan menaikkan harga. Dari yang semula Rp 150 ribu–Rp 200 ribu bisa naik menjadi Rp 300 ribu.

Tapi, merujuk pemberlakuan ASO di wilayah Jakarta dan sekitarnya, kenaikan STB hanya sesaat. Sebulan setelah pemberlakuan ASO, harga STB di tingkat pengecer kembali normal. Pasalnya, sudah tidak banyak orang yang berburu STB. Sebagian juga memilih membeli STB setelah harga normal.

Usman menyampaikan, harga STB sangat bervariasi. “Jadi, masyarakat bisa menyesuaikan dengan kantongnya,” tuturnya. Bahkan, untuk satu merek saja, terdapat variasi harga sesuai fiturnya. Usman menegaskan, sebelum diberlakukan ASO, pemerintah berkoordinasi dengan pemangku kebijakan. Termasuk industri STB untuk memastikan pasokannya.

Harga STB di toko online sangat bervariasi. Bahkan, untuk satu merek, harganya berbeda-beda. Contohnya, STB merek Matrix dibanderol mulai Rp 280 ribu untuk tipe Matrix Garuda. Sementara itu, tipe Matrix Apple dibanderol Rp 330 ribuan dan merek Polytron Rp 250 ribu–Rp 300 ribu per unit.

Anggota Komisi I DPR Dave Laksono mendesak Kemenkominfo untuk membentuk satuan tugas (satgas) STB. Hal itu untuk merespons pengemplangan harga STB di lapangan. Selain itu, satgas harus memastikan STB di pasar sudah sesuai dengan standar SNI. ’’Butuh sikap tegas dari pemerintah, dan harus ada kejelasan dalam sikap Kominfo agar persoalannya terselesaikan,’’ ujarnya.

Sikap itu merujuk pada upaya Kemenkominfo dalam merespons kondisi di lapangan. Apakah dapat segera menekan harga STB bagi masyarakat atau terus membagikan STB secara gratis kepada seluruh warga yang membutuhkan. Pasalnya, penerapan ASO mulai menjangkau sejumlah wilayah.

Pemerintah sendiri bersama lembaga penyiaran swasta (LPS) berjanji untuk membagikan STB gratis. Dari pemerintah sebanyak 1 juta dan LPS 4,3 juta STB. Sasarannya adalah rumah tangga miskin ekstrem (RTM) yang nama dan alamatnya tercantum dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial (Kemensos).

Sayang, menurut dia, pembagian dari pihak LPS masih sangat sedikit. ’’Dari pemerintah sih hampir 90 persen, tapi yang dari TVS sangat sedikit,’’ ucapnya.

Sebelumnya, terkait pembagian STB gratis, ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar itu meminta seluruh stasiun penyiaran televisi berkomitmen penuh. Bahkan, dia mengusulkan sanksi tegas bagi yang mangkir. Salah satunya pencabutan izin siar.

Dia juga mewanti-wanti Kemenkominfo agar tak menjadikan pengadaan dan sertifikasi STB sebagai ajang bisnis. Saat ini ada 45 vendor STB dengan sekitar 70 tipe yang sudah mengantongi sertifikasi Kemenkominfo.

Sementara itu, harga STB di sejumlah toko di Kota Mojokerto mengalami kenaikan. Salah satunya toko elektronik di Jalan Karyawan yang menjual STB mulai harga Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu ke atas. ”Sebelumnya sekitar Rp 150 ribu sampai Rp 250 ribuan,” ungkap pemilik toko kepada Jawa Pos Radar Mojokerto.

Menurut dia, kenaikan harga STB sudah terjadi dari tingkat distributor. Karena itu, dia pun harus melakukan penyesuaian harga. ’’Kalau persediaan barangnya banyak. Tapi, karena harga sekarang mahal, jadi banyak yang mendal (tidak jadi membeli, Red),” ujar pria paro baya tersebut.

Hal serupa terjadi di toko elektronik lainnya di Kota Mojokerto. Bahkan, di Jalan KH Nawawi, harga terendah STB mulai Rp 300 ribu. Begitu pun di salah satu toko elektronik di Jalan Mojopahit. Akibat animo masyarakat masih rendah, pemilik toko juga belum berani menyediakan stok terlalu banyak. ”Saya sedia cuma sedikit, mungkin masih banyak masyarakat yang masih menunggu situasi,” ucap penjual STB lainnya.

Editor : Ilham Safutra

Reporter : ram/ron/wan/mia/c17/c18/oni



Sumber: www.jawapos.com

Related posts