AED.OR.ID – Pemerintah berupaya untuk mendorong para UMKM go digital dan semakin mudah menjalankan usahanya. Lambannya UMKM meningkatkan usahanya karena permodalan sangat terbatas. Jumlah UMKM yang terakses dengan lembaga keuangan formal relatif sedikit.
Berdasar data Bank Indonesia (BI), kredit UMKM baru hingga Agustus 2022 mencapai sekitar 19,7 persen dari total kredit perbankan.
Begitu juga dengan laporan bertajuk Disruption Diaries: SME Banking and Lending dari Mambu (2022). Sebanyak 57 persen UMKM memulai usaha dengan dana yang diperoleh dari teman dan keluarga. 41 persen lainnya menggunakan dana pribadi.
Menurut VP Operations BukuWarung Romy Williams, hal itu menunjukkan masih rendahnya kemampuan UMKM untuk mendapat pendanaan dari lembaga pinjaman formal. “Kami berusaha membantu UMKM untuk naik kelas,” ujar Romy Williams dalam keterangan persnya yang diterima AED.OR.ID, Kamis (1/12).
Adapun upaya BukuWarung menaikkan kelas UMKM yakni berkolaborasi dengan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Kolaborasi itu untuk memberikan edukasi literasi keuangan digital para pelaku UMKM.
Romy Williams mengatakan, pihaknya bersama PNM tengah mendorong UMKM untuk dapat mendigitalisasi catatan keuangan mereka, sehingga dapat dimanfaatkan ketika mengajukan pinjaman untuk mengembangkan usaha.
Berdasar data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, per November 2022 terdapat 20,5 juta UMKM yang telah go digital. Kemenkop UMKM menargetkan 30 juta UMKM dapat go digital pada 2024.
Pada Oktober lalu, BukuWarung telah melatih puluhan trainer dari PNM dalam mengelola keuangan usaha. Mulai dari pencatatan keuangan secara digital, pentingnya memisahkan keuangan pribadi, dan usaha, serta solusi teknologi lain seperti pembayaran melalui QRIS. Trainer tersebut kemudian dapat memberikan edukasi kepada ribuan nasabah Mekaar PT PNM yang berada di berbagai penjuru Indonesia.
Sumber: www.jawapos.com